Tiada Hari Tanpa Ber-Istighfar dan Bersykur

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Sosok Kepercayaan Umat dan Berjiwa Bersahaja

Beliau adalah seorang sahabat yang agung; Abu Ubaidah ‘Amir bin Abdullah bin Al-Jarrah –semoga Allah meridloinya- salah seorang yang diberikan kabar gembira sebagai penghuni surga, dan seorang yang paling dicintai oleh Rasulullah saw, Aisyah pernah ditanya : sahabat manakah yang paling dicintai oleh Rasulullah saw, beliau menjawab : Abu Bakar. Kemudian siapa lagi ? Umar. Kemudian siapa lagi ? Abu Ubaidah bin Al-Jarrah (At-Turmudzi dan Ibnu Majah).
Dan Rasulullah saw menjuluki beliau dengan “Aminul ummah” (kepercayaan umat); dimana beliau pernah bersabda : “Setiap umat mempunyai orang yang dipercaya, sedangkan kepercayaan umat islam ada pada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah”.
Saat utusan Najran yang berasal dari Yaman datang menghadap Rasulullah saw, mereka meminta diutus orang yang terpercaya untuk mengajarkan kepada penduduk Najran, lalu Rasulullah saw bersabda : “Saya akan utus kepada kalian seorang yang amin (terpercaya) dan benar-benar dipercaya”. maka setiap sahabat yang hadir berharap seorang yang dimaksud adalah dirinya, akhirnya Rasulullah saw memilih Abu Ubaidah, dan bersabda : “Bangunlah engkau wahai Abu Ubaidah”. (Al-Bukhari)
Abu Ubaidah pernah ikut hijrah ka Habsyah kemudian ke Madinah, dan di Madinah Rasulullah saw mempersaudarakannya dengan sa’ad bin Mu’adz- semoga Allah meridloi keduanya-“.
Abu Ubaidah juga tidak pernah tidak ikut berperang bersama Rasulullah saw, beliau sangat terkenal dengan kepahlawanan dan pengorbanan, saat perang Badr berkecamuk Abu Ubaidah melihat bapaknya berada ditengah kaum musyrikin maka diapun menghindar darinya, namun bapaknya berusaha ingin membunuh anaknya, maka tidak ada jalan lain untuk menghindar baginya kecuali melawannya, dan bertemulah dua pedang yang saling berbenturan dan pada akhirnya orang tua yang musyrik mati ditangan anaknya yang lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya daripada orang tuanya hingga turunlah ayat : “Kamu tidak aka mnedapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, aanak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka kedalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridlo terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung”. (QS. Al-Mujadilah : 22)
Saat terjadi perang uhud beliau mencabut dua senjata yang bersarang di dalam topeng penutup kepala yang terbuat dari besi yang memiliki dua sisi di wajah Nabi saw akibat serangan yang menimpanya hingga dua gigi seri patah, namun demikian lubang giginya menjadi baik. (Al-Hakim dan Ibnu sa’ad)
Abu Ubaidah memiliki pengalaman yang sangat cerdas dalam strategi perang dan pemberani, karenanya Rasulullah saw mengangkatnya sebagai komandan dalam berbagai perang gerilya. Pada suatu hari Rasulullah saw mengutusnya sebagai komandan dalam perang gerilya yang disebut saiful bahr dengan pasukan berjumlah 300 orang, namun perbekalan mereka sangat minim, hingga jatah makan mereka hanyalah satu buah kurma dalam sehari, kemudian merekapun berangkat ke laut, dan mereka mendapatkan ombak yang telah menghempaskan hiu yang sangat besar yang mana mereka menyebutnya dangan anbar (hewan laut dari golongan mamalia), maka Abu Ubaidah berkata : “Ini adalah mayit (bangkai)”. Namun kemudian berkata lagi : “bukan, kita adalah utusan dari Rasulullah saw dan berada di jalan Allah, makanlah, maka merekapun memakan daging darinya selama 18 hari. (Muttafaqun alaih)
Umar bin Khattab dalam suatu majlis pernah berkata : “Sebutkanlah cita-cita (obsesi) kalian” salah seorang diantara mereka berkata : “saya bercita-cita memiliki harta yang penuh banyak dirumah ini, sehingga saya bisa menginfakkannya di jalan Allah”. Umar berkata : “sebutkanlah cita-cita (obsesi) kalian”. Salah seorang yang lain berkata : “saya menginginkan se isi ruangan ini menjadi emas sehingga aku bisa menginfakkannya di jalan Allah. Lalu Umar berkata : “Tapi saya bercita-cita orang yang berkumpul diruangan ini menjadi orang seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Muadz bin Jabal dan Hudzaifah bin Al-Yaman, sehingga aku bisa memanfaatkan mereka dalam mentaati Allah SWT”. (Al-Bukhari)
Umar sangat mengetahui kemampuan Abu Ubaidah, sehingga beliau memasukkannya sebagai salah seorang yang dicalonkan menjadi khalifah menjelang akhir hayatnya.
Abu Ubaidah –semoga Allah meridloinya- seorang hamba yang tekun beribadah, kehidupannya dipenuhi dengan sikap qana’ah dan zuhud, suatu kerika Umar masuk ke rumahnya, sedangkan saat itu beliau menjabat sebagai Amir (gubernur) di Syam, namun beliau tidak dapat melihat sesuatu apapun di rumahnya kecuali pedang, tameng dan kendaraanya, Umar lalu berkata : sekiranya engkau mau mengambil harta (sesuatu)?, Abu Ubaid berkata : “Wahai amirul mu’minin, sesungguhnya dengan ini saja sudah cukup bagi kami”. (Abdul Razad dan Abu Nu’aim).
Umar pernah mengirim melalui pembantunya uang sebanyak 400 Dinar, beliau berkata : “Pergilah engkau kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah kemudian tunggulah dalam sejam apa yang diperbuat saat itu”, lalu pembantu itupun berangkat menuju Abu baidah, dan berkata kepadanya; Amirul mu’minin mengirimkan salam untukmu dan pergunakanlah uang ini untuk memenuhi kebutuhanmu. Lalu Abu Uaidah berkata : semoga Allah menjalin silaturahimnya dan merahmatinya, kemudian berkata lagi : “kemarilah wahai pembantu, pergilah dengan uang 7 dinar ini kepada si Fulan, 5 dinar untuk si Fulan, 5 lagi untuk si Fulan hingga habis”. (Ibnu Sa’ad). Beliau berkata : “Ketahuilah, betapa banyak baju yang putih ternodai karena agamanya, dan betapa banyak orang yang bangga dengan kemuliaan dirinya namun sebenarnya hina ! bersegeralah menghapus keburukan yang lampau dengan kebaikan yang baru (Abu nu’aim dan Ibnu Abdul Bar).
Pada tahun 18 Hijriyah, Umar mengirim bala tentara ke Jordania yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, kemudian tentara tersebut tinggal di ‘Amwas di Jordan hingga terjangkit penyakit kusta saat bala tentara tinggal disana, ketika Umar mendengar hal demikian beliau menulis surat kepada Abu Ubaidah yang isinya ; sungguh saya memiliki sesuatu yang sangat penting dan saya membutuhkanmu, maka segeralah menghadap saya. Setelah Abu Ubaidah membaca surat itu, beliau menyadari bahwa yang diinginkan dari Umar menyelamatkan nyawanya dari penyakit kusta tersebut, maka baliau mengingatkan Umar dengan sabda Rasulullah saw : “Penyakit kusta merupakan bagian dari syahadah bagi kaum muslimn”. (Muttafaqun ‘alaih). Lalu beliau menulis surat balasan dan berkata di dalamnya, sesungguhnya saya sudah mengetahui kebutuhanmu, maka saya telah mencari solusi dari kehendakmu itu, sesungguhnya saya seorang prajurit dari pasukan kaum muslimin, saya tidak sudi berpisah dengan mereka. Maka ketika Umar membaca surat beliau langsung menangis, dan dikatakan kepadanya : apakah Abu Ubaidah telah meninggal ?! beliau berkata : “tidak, tapi seakan-akan dia sudah meninggal. (Al-Hakim)
Kemudian Amirul mu’minin kembali menulis surat untuknya dan memerintahkannya untuk pergi meninggalkan kota ‘Amwas ke tempat yang disebut Al-Jabiyah hingga semua pasukan tidak meninggal karenanya, lalu Abu Ubaidahpun mengikuti perintah Amirul mu’minin, namun beliau tetap terserang penyakit kusta, kemudian beliau mewasiatkan kepada Mu’adz bin Jabal untuk memimpin pasukan, dan setelah itu beliau wafat sedang umurnya 58 tahun, beliau disholatkan oleh Mu’adz bin Jabal, dan dikebumikan di desa Baisan di Syam. Abu Ubaidah meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw sebanyak 14 hadits.