Tiada Hari Tanpa Ber-Istighfar dan Bersykur

buah dari keikhlasan

 
Keikhlasan memiliki banyak buah, Diantaranya:

1. Masuk surga yang penuh kenikmatan
Hal ini dijelaskan Allah SWT dalm firman-Nya:
kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlas. Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah buahan; dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” (Ash-Shaffat: 40-43)
Maknanya, hamba-hamba Allah SWT yang ikhlas tidak akan merasan azab yang pedih. Mereka berada disurga-surga yang penuh kenikmatan. Hal itu lantaran mereka mengikhlaskan amal karena Allah SWT, sehinggala Allah pun memilih serta mengkhususkan rahmat-Nya kepada mereka.semua orang akan celaka, kecuali orang-orang berilmu. Semua orang berilmu celaka, kecuali orang-orang yang beramal. Semua orang-orang yang beramal celaka, kecuali orang-orang yang ikhlas.
2.  Amal diterima
Ikhlas adalah syarat diterimanya amal. Ibnu katsir menyatakan, “Allah SWT tidak menerima suatu amal sehinggga terkumpul dua rukun: harus benar dan sesuai syarat, serta harus ikhlas alias bersih dari kemusyrikan”
As-Saji berkata, “ada lima perkara yang dengannya ilmua akan menjadi sempurna: berma’rifah kepada Allah SWT, berma’rifah kepada kebenaran, mengikhlaskan amal karena Allah SWT, beramal sesuai sunnah, dan mengkonsumsi makanan halal. Apabila salahsatunya tidak ada, maka amal tidak akan diangkat.”
Shidiq Khan menulis, “Tidak ada perbedaan pendapat, bahwa ikhlas adalah syrat sah dan syarat diterimannya amal.”
                Dasarnya sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menerima suatu amal kecuali ika (dikerjakan dengan)ikhlas dan ditujukan untuk mengharap wajah-Nya.”
“Jika Allah SWT mengumpulka semua orang, baik yang awal maupun yang akhir pada hari kiamat, untuk menghadapi suatu hari yang tidak ada keraguan di dalamnya; ada yang berseru , ‘Barang siapa dalam beramal menyekutukan Allah SWT , hendaklah dia mencari balasan dari selain Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT ialah Zat paling tidak butuh kepada sekutu.”
3Mendapatkan syfaat Nabi SAW di akhirat
Semakin banyak keikhlasan seseorang, semakin banyak pula ia mendapatkan syafaat Nabi SAW pada hari kiamat. Dalilnya, sabda Nabi SAW:
“Manusia yang paing berbahagia yang mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah orang mengucapkkan La ilaha illallah dengan ikhlas dari hati atau jiwanya.”
Ibnu Qayyim menulis, “di dalam sabda Nabi riwayat Abu Hurairah yang berbunyi, ‘Manusia yang paling berbahagia karena mendapatkan syafaatku ialah orang yang mengucapkan La ilaha illallah,’ terdapat satu rahasia tauhid, yakni syafaat Nbi hanya dapat diraih dengan memurnikan tauhid. Barang siapa yang lebih sempurna tauhidnya, maka ia lebih berhak untuk mendapatkan syafaat itu.”
Pernyataa Shidiq kahan menguatkan hal itu. Ia menulis, “Syafaat hanya untuk orang-orang ikhlas dan tidak akan diberikan kepada orang yang menykutukan Allah SWT. Adapun hakikat ikhlas ialah Allah SWT  memberikan karunia kepada orang-orang yang ikhlas. Allah SWT  mengampuni mereka lantaran doa orang yang diizinkan-Nya untuk memberi syafaat. Allah SWT memuliakan dan membuatnya mendapatkan posisi yang terpuji. Nabi SAW telah menerangkan, bahwa syafaat itu hanya bagi orang-orang yang bertauhid dan ikhlas”
4.       4. Hati bersih dari dengki
Jika keikhlasan telah bertahta di hati, ia akan menghidupkannya, membersihkannya dari berbagai bencana, serta menjaganya dari berbagai keburukan, perbuatan keji, dan sifat-sifat yang buruk. Sabda Nabi SAW saat Haji Aada’ menjelaskan hal ini. Beliau SAW bersabda
“Ada tiga perkara, hati seorang mukmin tidak akan mendengki bersama ketiganya. Mengikhlaskan amal karena Allah SWT , menasihati para pemimpin kaum muslim, dan berkomitmen pada jamaah mereka”
Ibnu Abdir Barr menjelaskan, “Maknanya, bersama ketiganya hati tidak akan mendengki selamanya.jiks hati mengihlaskanamal karena Allah, berkomitmenkepada jamaah, dan setia kepada ulil amri, tidak ada penyakit (hati) dan kemunafikan yang mampu menyerangnya”
Menurut Ibnu Qayyim,”Maksudnya,tidak akan tersisa dendam di dalamnya dan dendam tidak akan datangbersama ketiganya. Namun sebaliknya, ketiganya akan  mendengki dengan sebesar-besar kedengkian. Begitu pula berkhianat dankeluar dari Jamaatul Muslimion dengan berrbuat bid’ah dan kesesatan.ketiga perkara ini akan menjadikan hati penuh dengan kedengkian dan dendam. Adapun obat dari kedengkian ini ialah dengan mengeluarkan kotorannya/ yakni dengan memurnikan keikhlasan,setia,dan mengikutii sunah.”
5. Doa diampuni dan pahala dilipatgandakan
         Jika keikhlasan telah melekat pada auatu amal, hal itu akan menjadi penyeab diampuninya dosa orang yang mengamalkan dan dilipatgandakan pahala. Bahkan, sekalipun ketaatan yang dikerjakan itu tampak mudah atau kecil. Ibnu Mubarak menuturkan,”Banyak amalan kecil yang menjadi besar karena niat.banyak pula amalan besar yang menjadin kecil karena niat.”
         Ibnu Taimiyah menulis, “Satu jenis amal terkadsang dikerjakan oleh seseorang dengan keikhlasan dan ubudiyah kepada Allah yang sempurna, sehingga Allah mengampuni dosa-dosa besar. Hal ini seperti di terangkan dalam hadits riwayatAt-Tirmidzi,Ibnu Majah, dan yang lain, dariAbdullah bin amru bin Ash, bahwa nabi bersabda, ’Salah seorang dari umatku akan di seru pada hari kiamat di hadapan semua makhluk.  Lalu disebarkan atasnya 99 lembar  (catatan amkl buruk). Setiap lembar seluas pandangan mata. Ia ditanya, ‘Adakah di antara lembaran-lembaran ini yang kamu ingkari?’ ‘Tidak wahai Rabb-ku,’jawabnya.
         kemudianAllah berfrirman,’Tidak ada kezaliman atasmu.’ Lalu dikeluarkanlah selembar kartu catatan amal seluas telapak tangan. Tertulis di situ kesaksian bahwa tidak ada ilah yang benar selain Allah. Orang itu bergumam, ‘Apa artinya selembar kartu ini dibandingkan dengan lembaran-lembaran itu? Maka kartu itu di letakkan di satu sisi mata timbangan dan lembaran-lembaran itu diletakkan di mata timbangan yang satunya. Maka kartu itupun berat dan lembaran-lembaran itu ringan.
         Demikianlah keadaan orang orang yang mengucapkan syahadat dengan ikhlas dan tulus sebagaimana diucapkan oleh orang ini. Sebab, para pelaku dosa besar yang masuk neraka, semuanya mengucapkan ‘La ilaha illallah’ namun ucapannya itu tidak lebih berbobot daripada keburukan-keburukanya sebagaimana berbobotnya ucapan orang yang memiliki kartu itu.”
         Kemudian, Ibnu Tamiyah menyitir hadits pelacur yang memberi  minum seekor  anjing sehingga Allah mengampuninya. Juga kisah seseorang yang menyingkirkan rintangan di jalan dan Allah pun mengampuninya.
         Ibnu Tamiyah menulis, “Pelacur itu memberi minum seekor anjing dengan keimanan yang murni dalam hatinya srhingga Allah mengampuninya. Sebab tidak semua pelacur  yang memberi minum seekor anjing memperoleh ampunan. Demikian pula dengan orang yang menyinkirkan ranting berduri dari jalan, ia melakukannya dengan keimanan yang murni. K keikhlasan bersemayam di dalam hatinya, sehingga Allah mengampuninya karenanya.
         Begitulah, pahala amal menjadi bertingkat-tingkat tergantung kepada tingkat keimanan dan keikhlasan yang ada da dalam hati. Sangat mungkin ada dua orang yang berdiri di shaf yang sama, namun jarak antara shalat yang satu dengan yang satunya sejarak langit dan bumi. Lagi pula, tidak semua orang yang menyingkirkan ranting berduri dari jalan mendapat ampunan.”
         Ini menjelaskan rahasia tingkatan manusia di dalam perjalanannya menuju Allah. Ibnui Qayyim menulis, “Bandingkanlah ini denganm keadaanAsh-Shiddiq! Beliau adalah sahabat yang paling utama. Sudah di maklumi bersama, diantara mereka ada yang lebih bamyak amal, haji, puasa, shalat, dan bacaan AL-Qur’annya.  Abu Bakar bin ‘Ayyasy berkata, ‘Abu Bakar tidak mendahului kalian dengan banyaknya puasa atau shalata Namun ia mendahului kalian dengan sesuatu yang bersamanya di hatinya (keimanan)’.”
         Sebaliknya, jika seorang hamba menunaikan berbagai bentuk ibadah, tetapi tidak disertai dengan keikhlasan kepada Allah dan ketulusan, berarti ia telah menyiapkan dirinya untuk memperoleh siksa yang berat. Landasannya, hadits yang berbunyi, “Sesungguhnya orang yang pertama kali akan di adili pada hari kiamat ialah seorang yang syahid (mati dalam perang fi sabilillah). Orang itu didatangkan, lalu Allah mengingatkannya tentang nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepadanya dan ia pun mengakuinya.
         Lantas Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan dengan segala nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Aku telah berperang di jalan-Mu hingga aku terbunuh. ‘Allah menjawab, ‘Engkau berdusta. K amu melakukan itu tak lain supaya orang-orang mengatakan bahwa kamu ialah seorang pemberani dan itu sudah mereka katakan!’ Kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat agar menyeret orang itu pada wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka.
         Lalu, didatangkan pula seseorang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca Al-Qur ‘an. Allah mengingatkannya tentang nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepadanya dan ia pun mengakuinya. Lantas Allah bertanya, ‘ Apa yang telah kamu lakukan dengan segala nikmat itu? ‘Ia menjawab, ‘Saya belajar ilmu dan mengajarkannya, serta membaca Al-Qur’an karena –Mu. ‘Allah menjawab, ‘Kamu berdusta. Kamu belajar tak lain supaya orang-orang mengatakan bahwa kamu seorang alim, dan kamu membaca Al-Qur’an dengan maksud agar dikatakan sebagai qari, ‘dan itu sudah mereka katakan’. Kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat agar menyeret wajah orang tersebut lalu dilemparkan ke dalam neraka.
         Lalu, didatangkan pula seorang laki-laki yang telah diberi   oleh Allah SWT  ke lapangan dan harta kekayaan yang banyak. Allah SWT  mengingatkannya tentang nikmat-nikmat yang telah Allah SWT  berikian kepadanya dan ia pun mengakuinya. Lantas Allah SWT  bertanya, ‘ Apa yang telah kamu lakukan dengan segala nikmat itu? ‘ Ia menjawab, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang engkau sukai supaya harta diinfakkan di sana, melainkan aku menginfakkan harta di sana hanya karena-Mu.’
         Allah SWT  menjawab, ‘Kamu telah berdusta. Nyatanya kamu melakukan itu hanya demi mengharap pujian orang; supaya dikatakan bahwa kamu adalah seorang dermawan, dan itu sudah mereka katakan!’ Kemudian Allah SWT  memerintahkan kepada malaikat agar menyeret orang itu pada wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka.”
         Juga hadits yang artinya:
“Janganlah kalian mempelajari suatu ilmu untuk menandingi ulama, untuk mendebat orang-orang yang bodoh, dan untuk memilih-milih majelis! Barngsiapa melakukannya, maka neraka...Neraka!”
         Selain itu, hadits,”Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas kalian ialah syirik kecil. “Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab, “Riya . Pada hari semua hamba mendapatkan balasan dari Allah SWT atas amalah mereka, Allah SWT  berfirman, ‘Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya, kepada mereka di dunia. Lihatlah! Apakah kalian mendapatkan pahala dari mereka?’.”
         Hadits Qudsi, “Allah SWT  berfirman, ‘Aku ialah zat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Barangsiapa mangerjakan sesuatu amalan dan ia mempersekutukan selain-Ku dengan-Ku di dalamnya, maka Aku berlepas darinya. Amalannya untuk yang ditujunya’.
6.   Mendapatkan kemenangan dan kejayaan
         Salah satu faktor meraih pertolongan Allah SWT  dan kejayaan bagi ahliiman ialahmengerjakan semua amal dengan ikhlas karena-Nya. Yang demikian itu, diterangkan sabda Nabi yang artinya:
“Hanyasanya Allah SWT  menolong umat ini dengan orang-orang lemah dan mereka; lantaran dosa, shalat, dan keikhlasan mereka.”
Nabi bersabda yang artinya:
“Berikan kabar gembira kepada umat ini dengan kemenangan, ketinggian, dan kejayaan. Barang siapa di antara mereka mengerjakan amalan akhirat untuk dunia, maka di akhirat tidak mmendapat bagian.”
         Siapa saja yang memperhatikan kehidupan para salaf, niscaya mendapati mereka memperoleh pertolongan lantaran kekuatan iman, kebersihan jiwa, dan keikhlasan hati mereka. Selain itu, karena mereka beramal berdasarkan aqidah. Semu merwka timbang dengan aqidah itu.
         Umar bin Khaththab berkata, “Barang siapa yang niatnya ikhlas di dalam berpihak kepada kebenaran meskipun menghadapi diri sendiri, niscaya Allah SWT  mencukupi segala keperluannya di dalam menghadapi orang lain,”
         Tentang pernyataan agung ini, Ibnu Qayyim menyebutkan sebagai sumber dan pangkal kebaikan. Sesungguhnya, jika niat, seorang hamba ikhlas karena Allah Ta’ala, jika maksud, semangat, dan ilmunya untuk menghadap wajah Allah SWT , niscaya Allah SWT  akan bersamanya. Sesungguhnya, Allah SWT  bersama dengan orang-orang yang bertakwa dan berihlas. Pangkal takwa dan ikhlas ialah ikhlasnya niat karena Allah SWT  di dalamn menegakkan kebenaran.
         Tidak ada yang dapat mengalahkan Allah SWT . Maka, barang siapa bersama Allah SWT , niscaya tidak ada yang dapat mengalahkannya atau menimpakan keburukan kepadanya. Jika Allah SWT  bersama dengan seorang hambna, maka tak akan ada rasa takut. Namun, jika Allah SWT  tidak bersamanya, kepada siapa lagi ia berharap danb percaya? Siapa lagi yang dapat menolongnya”?
7.Diterima dan dicintai oeang lain
         Allah SWT  akan menempatkan penerimaan dan rasa cinta di hati para makhluk kepada orang ikhlas. Berbeda dengan orang yang berbuat riya’ yang ingin terkenal dan ingin mendapat kedudukan di hati orang lain. Allah SWT  akan memberikan kebalikan dari apa yang dicarinya. Ada banyak hadits mewnerangkannya. Diantaranya, sabda Rasaulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang artinya:
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya (kepda orang lain), maka Allah SWT akan memperdengarkan (aib)nya. Dan barangsiapa memamerkan amalnya (kepada orang lain), maka Allah SWT  akan memperlihatkan (aib)nya.
Rasulullah juga bersabda yang artinya:
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya (kepada orang lain), maka Allah SWT  akam memperdengarkannya kepada makhluk-Nya yang dapat mendengarkan, mengecilkannya,  dan menghinakannya.”
Beliau juga bersabda yang artinya:
“Barang siapa dunia menjadi citanya, niscaya Allah SWT  mencerai –beraikan urusannya , menjadikan kefakiaran di pelupuk matanya, dan dunia tidak mendatanginya selain yang telah ditakdirkan untuknya. Barang siapa akhirat menjadi tujuanya, niscaya Allah SWT  akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan di dalam hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina lagi kecil.”
         Bagi paraa salaf, perkara ini sangatlah jelas. Mujahid berkata, “Jika seorang hamba menghadap Allah SWT  dengan hatinya, maka Allah SWT  akan menghadapkan hati orang-orang yang beriman kepadanya.”
         Fudhail bin Iyadh bertutur, “Siapa yang senang diingat, ia tidak akan diingat. Siapa yang tidak senang diingat, ia akan diingat.”
         Mengomentari pernyataan Al=Faruq, “Barang siapa yang niatnya ikhlas di dalam berpihak kepada kebenaran meskiapun menghadapi diri sediri, niscaya Allah SWT  mencukupi segala keperluannya di dalam menghadapi orang lain. Barangsiapa menghiasi diri dengan sesuatu yang tidak ada padanya,  niscaya Allah SWT  akan menampakkan aibnya,”
         Ibnu Qayyim menyatakan, “Orang yang menghiasi diri dengan sesuatu yang tidak ada padanya berbeda dengan orang yang ikhlas. Karena ia menampakkan sesuatu yang sebenarnya berbeda dengan apa yang ada dalam batinnya dengan kebaikan dari tujuannya.
         Jika sebagian pahala bagi orang yang ikhlas disegarkan dalam wujud timbulnya rasa sayang, cinta, dan hormat di hati orang lain, maka sebagian hukuman yang disegarkan bagi orang yang menghiasi diri dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya ialah Allah SWT akan menghinakannya di hadapan orang banyak. Sebab, orang itu telah menghinakan batinnya di haadaapan Allah SWT . Ini merupakan tuntutan dari nama-nama Allah SWT  yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi.”